Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Jika Saya Akhwat Sejati


Aku tercipta sebab Allah...
Aku terlahir sebab Allah...
Seluruh nafas hidup matiku...
Semua spesialuntuk milik Allah...

 Seperti juga isi hatiku...
 Telah kuserahkan untuk dirimu...
 Cinta dan rinduku kepadamu...
 Semua sebab Allah...

Aku sungguh cinta kepadamu...
Rindu juga spesialuntuk untukmu...
Semua ini bukan kebetulan...
Semua sebab Allah...
 Jika saya seorang akhwat yang menyampaikan cinta padamu sebab Allah namun tanpa aib mendek Jika Aku Akhwat Sejati
Wahai ikhwan yang dirahmati Allah...
Jika saya seorang akhwat yang menyampaikan cinta padamu sebab Allah namun tanpa aib mendekatimu.
Apa kamu tidak merasa takut terjerat padaku?

Jika saya seorang akhwat yang menyampaikan saya cinta padamu sebab Allah namun tanpa aib dengan genit menggodamu.
Apa kamu tidak merasa risih pada kegenitanku?

Jika saya seorang akhwat yang menyampaikan saya cinta padamu sebab Allah namun tanpa segan merayumu. Apakah kamu terbuai oleh bujuk rayuku?

Jika saya seorang akhwat yang menyampaikan saya cinta padamu sebab Allah, namun tak bisa menjaga izzah ketika berdekatan denganmu.
Apakah kamu tak bisa menolakku dengan perisai malumu?

Jika saya seorang akhwat yang menyampaikan saya cinta padamu sebab Allah, namun tanpa merasa berdosa berani menyentuhmu.
Apakah kamu tidak takut Allah marah padamu?

Masihkah kamu percaya pada ucapanku? Tak curigakah kamu padaku? Tak inginkah kamu menjauhiku?
Atau sebab kamu sudah terjebak kedalam jurang cinta nafsu, sehingga kamu tak bisa menolakku meski kamu tahu tiruana ucapanku "Mencintaimu Karena Allah" ialah tiruan.

Ketahuilah Akhi...
Jika saya seorang akhwat sejati yang mencintaimu sebab Allah, saya tidak akan berani menyentuhmu, bahkan hatimu sekalipun. Karena saya aib pada Allah jikalau bayanganku mengacaukan kekhusukkan ibadahmu.

Jika saya seorang akhwat sejati yang mencintaimu sebab Allah, saya tidak akan pernah berani merayumu, menggodamu, bahkan dengan bebas tanpa batas diberinteraksi denganmu. Karena kamu belumlah halal bagiku.

Aku aib jikalau harus menciptakanmu lebih banyak mengingatku daripada mengingat-Nya. Aku aib jikalau harus menjadi seseorang yang menciptakan-Nya cemburu padamu sebab kamu rela melanggar larangan-Nya sebab cintamu kepadaku.

Jika saya seorang akhwat sejati yang mencintaimu sebab Allah, saya tidak akan khawatir tidak sanggup memilikimu. Karena tak mengungkapkan cintaku padamu kini meski ketika ini saya begitu mengagumimu dan menginginkanmu menjadi pangeranku.

Karena saya yakin jikalau engkau memang ditakdirkan untukku, engkau niscaya akan menjadi milikku meski saya tak mengikatmu. Bukankah jikalau Allah tidak mentakdirkan kita bersama di ikatpun niscaya akan terlepas juga akhirnya? Kaprikornus untuk apa saya risau?

Akhi...sadarlah, jikalau saya seorang akhwat yang mencintaimu sebab Allah, saya spesialuntuk akan berani merayumu, menggodamu, dan bermanja denganmu setelah engkau halal bagiku. Benarkah begitu wahai teman dekatku kaum muslimin? Sahabatku akhi...

Wahai kaum akhwat sejati, tidakbolehlah sesekali menyampaikan saya mencintaimu sebab Allah apabila nafsu masih mendonasimu. Dan untukmu wahai ikhwan sejati, lekas halalkan sang akhwat jikalau memang engkau juga mencintainya sebab Allah. Halalkan dengan balutan cinta yang suci.

Wahai ikhwan yang dirahmati Allah...
Seperti yang engkau ketahui.

Akhwat sejati bukan dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dilihat dari kecantikan hati yang ada di baliknya.

Akhwat sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya.

Akhwat sejati bukan dilihat dari banyaknya ikhwan yang mencoba ber-ta’aruf dengannya, tetapi dari komitmennya untuk menyampaikan bahwa sebetulnya “Tidak ada kata CINTA” sebelum berkeluarga.

Akhwat sejati bukan dilihat dari begitu banyaknya ia melaksanakan kebaikan, tetapi dari keikhlasannya mempersembahkan kebaikan itu.

Akhwat sejati bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan.

Akhwat sejati bukan dilihat dari keahliannya berbicara tetapi dari bagaimana caranya berbicara.

Akhwat sejati bukan dilihat dari keberaniannya berpakaian, tetapi dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya.

Akhwat sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang dijalan, tetapi dari kekhawatiran dirinya yang membuat orang tergoda.

Akhwat sejati bukan dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dari sejauh mana beliau menjaga kehormatannya dalam bergaul.

Akhwat sejati bukan dilihat dari seberapa banyak dan besar ujian yang dijalani, tetapi dari sejauh mana beliau menghadapi ujian dengan kesabaran dan penuh rasa syukur.

Aku menulis ini spesialuntuk ingin menasehati diriku dan menyadarkan kita tiruana untuk tetap berusaha menjadi sholehah meski zaman sudah berubah.
Ya Allah, Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agamaMu.
Semoga bermanfaa.